Ikhlas dan Menghadirkan Niat dalam Segala Perbuatan, Ucapan dan Kondisi

Ikhlas dan Menghadirkan Niat

Allah SWT berfirman,

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (al-Bayyinah: 5)

“Daging (hewan korban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu …” (al-Hajj: 37)

“Katakanlah,’Jika kamu sembunyikan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya …'” (Ali Imran: 29)

Hadis 1

“Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,’Semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya …'” (Muttafaq ‘alaih)

Mutiara-mutiara hadis:

1. Para ulama sepakat bahwa niat itu menjadi suatu keharusan dalam sebuah amal agar mendapat pahala ketika amal tersebut dikerjakannya. Tetapi para ulama juga menjelaskan bahwa niat merupakan syarat bagi sahnya sebuah amal.

2. Tempat niat itu di dalam hati dan tidak disyaratkan untuk mengucapkanya.

3. Ikhlas karena Allah SWT adalah salah satu dari sekian banyak syarat diterimanya sebuah amal karena Allah SWT tidak akan menerima suatu amal kecuali amal yang tulus dan murni yang dilakukan hanya untuk-Nya.

Hadis 2

“Rasulullah bersabda,’Ada satu pasukan yang hendak menghancurkan Ka’bah. Setelah mereka berada di suatu padang pasir maka mereka dibenamkan ke tanah dari yang pertama sampai yang terakhir dari mereka.” Aisyah bertanya,”Aku berkata,’Ya Rasulullah, bagaimanakah semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, sedang diantara mereka itu ada para pedagang dan juga orang yang bukan termasuk golongan mereka?’ Rasulullah menjawab,’Ya semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir kemudian nantinya mereka itu akan dibangkitkan dari kuburnya masing-masing sesuai niat-niatnya sendiri.'”

Mutiara-mutiara hadis:

1. Manusia akan dinilai amalnya sesuai dengan maksud tujuannya, baik atau buruk.

2. Peringatan agar tidak bergaul bersama orang-orang yang suka berbuat zalim atau jahat.

3. Anjuran untuk berteman dengan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan.

4. Informasi yang disampaikan Rasulullah saw tentang hal-hal yang ghaib wajib diimani sebagaimana adanya.

Hadis 3

“Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Maka dari itu apabila kalian diminta untuk berperang maka berangkatlah untuk perang.” (Muttafaq ‘alaih).

Mutiara-mutiara hadis:

1. Apabila suatu negara telah menjadi negara Islam maka tidak diwajibkan untuk berhijrah dari negara tersebut ke negara lain.

2. Kewajiban hijrah berlaku apabila seorang muslim tidak lagi mendapatkan kebebasan dalam menjalankan agamanya dan jika negara tersebut adalah negara kafir.

3. Diwajibkan untuk meniatkan dan mempersiapkan jihad.

4. Apabila meninggalkan negara Islam menuju negara kafir karena kecintaannya dan menjalin hubungan yang baik dengan penduduknya maka dilarang secara syariat.

Hadis 4

“Kami berada bersama Nabi saw dalam suatu perang kemudian beliau bersabda,’Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang laki-laki yang kalian tidak menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah melainkan orang-orang tersebut ada bersama kalian. Mereka itu terhalang oleh sakit.”(HR Muslim)

Mutiara-mutiara hadis:

1. Bagi mereka yang berhalangan sehingga tidak bisa ikut berjihad maka dia berhak mendapatkan pahala seperti mujahid yang berangkat ke medan jihad selama niatnya benar dan memiliki semangat yang tinggi untuk bwrjihad.

2. Setiap muslim tidak terlepas dari tanggung jawab jihad, paling tidak dia telah mempunyai niat dan keinginan untuk berjihad.

Hadis 7

“Sesungguhnya Allah SWT itu tidak melihat kepada tubuh-tubuh kalian, dan tidak pula kepada bentuk rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR Muslim)

Mutiara-mutiara hadis

1. Pemberian pahala terhadap amal manusia itu tergantung pada keikhlasan dan ketulusan niat yang ada dalam hatinya.

2. Keharusan seorang muslim untuk selalu memperhatikan kondisi hatinya, memperbaiki niatnya dan membersihkannya dari segala sifat yang buruk dan dibenci oleh Allah SWT.

3. Memperbaiki hati harus lebih diutamakan dibandingkan anggota tubuh karena amal hati akan meluruskan amal-amal syari’ah.

4. Terkadang manusia melakukan amal baik tetapi niatnya buruk, maka kita hukumi itu dengan sesuatu yang tampak, sedangkan niatnya kita serahkan kepada Allah SWT.

Hadis 8

“Rasulullah saw ditanya tentang seseorang yang berperang dengan tujuan menunjukkan keberanian, berperang dengan tujuan kesombongan dan berperang dengan tujuan pamer,’Manakah di antara semua itu yang termasuk jihad di jalan Allah?’ Rasulullah saw menjawab,’Barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi luhur, maka ia disebut jihad di jalan Allah.'” (Muttafaq ‘alaih)

Mutiara-mutiara hadis

Semua amal manusia akan diperhitungkan di sisi Allah SWT berdasarkan niat baik. Sementara keutamaan dalam berjuang di jalan Allah SWT, hanya akan diberikan kepada orang yang motivasi perjuangannya untuk menegakkan kalimat Allah SWT.

Tetapi hal ini tidak mengubah perlakuan terhadap mereka yang terbunuh di medan perang, seperti halnya orang-orang yang mati syahid. Jadi mereka tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak dishalatkan, tetapi langsung dikuburkan. Sementara urusan niat dan motivasi di balik perjuangannya diserahkan kepada Allah SWT.

Hadis 9

“Apabila dua orang muslim berhadap-hadapan dengan membawa masing-masing pedangnya, maka yang membunuh dan yang terbunuh itu semua masuk neraka.” Aku bertanya, “Ini yang membunuh patut masuk neraka. Tetapi bagaimana halnya orang yang terbunuh?” Rasulullah saw menjawab, “Karena sesungguhnya yang terbunuh itu juga ingin sekali membunuh kawannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Mutiara-mutiara hadis

1. Siksaan diberikan kepada orang yang memiliki tekad yang kuat dalam hati untuk bermaksiat serta jiwa dan raganya ikut mendukung niat tersebut, baik niat itu terwujud atau tidak. Sedangkan jika Allah SWT mengampuninya maka pikiran dan getaran hati seseorang untuk melakukan maksiat tidak masuk dalam perhitungan hisab kecuali jika hal itu diwujudkan dalam sikap.

2. Peringatan keras agar tidak melakukan peperangan sesama muslim sebab hal itu dapat melemahkan kaum muslim dan menyebabkan kemurkaan Allah SWT terhadap mereka.

3. Ancaman yang telah disebutkan dalam hadis ini dipahami jika kedua orang yang saling membunuh itu motivasinya untuk kesukuan atau fanatisme golongan, bukan untuk membela syariat.

Dari kitab “Syarah Riyadhush Shalihin” jilid I terbitan Gema Insani 2010

  1. Leave a comment

Leave a comment