Musnad Ahmad: 1601-1700

Musnad Ahmad 1601: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan dan Abdushshamad berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah memberitakan kepada kami Khalid Al Hadza` dari Abdullah bin Syaqiq dari Abdullah bin Suraqah dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun setelah Nabi Nuh kecuali dia memperingatkan tentang Dajjal kepada umatnya, dan aku pasti memperingatkannya kepada kalian.” Abu Ubaidah berkata; “Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ciri-cirinya dan berkata; “Barangkali ada sebagian orang yang sempat melihatku atau mendengar perkataanku akan menemuinya.” para shahabat bertanya; “Apakah kondisi hati kami pada saat itu sebagaimana keadaan hati sekarang ini?” beliau menjawab; “Bisa jadi lebih baik.”

 

Musnad Ahmad 1602: Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Maimun dari Sa’d bin Samurah dari Samurah bin Jundub dari Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah berkata; Akhir perkataan yang diucapkan Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: “Keluarkan orang Yahudi Hijaz di jazirah Arab, dan ketahuilah bahwa orang yang paling buruk diantara manusia adalah mereka yang menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid.”

 

Musnad Ahmad 1603: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Umar telah menceritakan kepada kami Abu Israil dari Al Hajjaj bin Arthah dari Al Walid bin Abu Malik dari Al Qasim dari Abu Umamah berkata; Seorang Muslim melindungi seseorang, ketika itu komandan pasukan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. Kemudian Khalid bin Al Walid dan ‘Amru bin Ash berkata; “Kami tidak melindunginya.” Maka Abu Ubaidah berkata; Kami melindunginya, karena saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kaum muslim memiliki hak perlindungan.”

 

Musnad Ahmad 1604: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Mughirah telah menceritakan kepada kami Shafwan bin ‘Amru telah menceritakan kepada kami Abu Hisbah, Muslim bin Ukais mantan budak Abdullah bin ‘Amir, dari Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Hisbah berkata; telah menceritakan orang yang menemuinya ketika dia sedang menangis. Orang itu bertanya; “Apa yang menyebabkanmu menangis wahai Abu Ubaidah?” Dia menjawab; “Kami menangis karena pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, bahwa Allah akan memenangkan kaum muslimin dan memberi mereka rampasan Perang sampai beliau menyebut negeri Syam. Beliau bersabda: “Jika ajalmu di akhirkan wahai Abu Ubaidah, maka cukuplah bagimu tiga pelayan; satu pelayan melayanimu, satu pelayan lagi yang melayani perjalananmu dan terakhir yang melayani keluargamu dan membantu mereka. Cukuplah bagimu tiga kendaraan; satu kendaraan untuk kamu naiki, satunya untuk membawa barang-barangmu dan satunya lagi untuk budakmu.” kemudian saya melihat ke rumahku, ternyata telah penuh dengan budak laki-laki dan aku melihat ke kandang untaku, telah penuh dengan kendaraan unta dan kuda, bagaimana aku bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah ini, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berwasiat kepada kami: “Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kepadaku diantara kalian adalah orang yang berjumpa denganku dalam kondisi sebagaimana ketika dia berpisah denganku.”

 

Musnad Ahmad 1605: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami bapakku dari Muhammad bin Ishaq telah menceritakan kepadaku Aban bin Shalih dari Syahr bin Hausyab Al Asy’ari dari suami ibunya, seorang lelaki dari kaumnya yang menikahi ibunya setelah ayahnya meninggal, dia termasuk yang menyaksikan peristiwa menjangkitnya penyakit lepra yang merajalela, dia berkata; Ketika wabah merajalela, berdirilah Abu Ubaidah bin Jarrah berkhutbah di hadapan orang-orang dan berkata; “Wahai manusia! sesungguhnya penyakit ini merupakan rahmat dari Rabb kalian, doa para Nabi kalian, dan sebab kematian orang-orang shalih sebelum kalian. Dan sesungguhnya Abu Ubaidah memohon kepada Allah untuk mendapat bagian dari rahmat tersebut.” Lalu dia terjangkit penyakit lepra tersebut sehingga meninggal dunia -semoga Allah memberikan rahmat kepadanya.- kemudian Mu’adz bin Jabal menggantikan dia untuk memimpin orang-orang, kemudian dia dia berdiri menyampaikan khutbah setelah wafatnya Abu Ubaidah; “Wahai manusia, penyakit ini merupakan rahmat dari Rabb kalian, doanya para Nabi kalian dan sebab kematiannya para orang-orang shalih sebelum kalian. Dan sesungguhnya Mu’adz memohon kepada Allah agar keluarga Mu’adz mendapat bagian dari rahmat tersebut.” Kemudian Abdurrahman bin Mu’adz, anaknya terjangkit penyakit lepra sampai meninggal. Dia pun bangkit memohon kepada Rabbnya untuk dirinya, dan akhirnya dia juga terjangkit lepra di telapak tangannya. Sungguh saya melihatnya memperhatikan penyakit lepra tersebut kemudian mencium bagian atas tangannya sambil berkata; “Aku tidak senang mempunyaimu dan (aku pergunakan untuk meletakkan perhiasan) dunia ada padamu.” Ketika dia wafat, ‘Amru bin Al Ash menggantikan kedudukannya untuk memimpin orang-orang. Kemudian dia berdiri menyampaikan khutbah di hadapan kami; “Wahai manusia! sesungguhnya jika wabah ini menjangkiti (di suatu negri) maka dia akan melahap sebagaimana menyalanya api, maka menghindarlah kalian ke gunung-gunung.” Tetapi Abu Watsilah Al Hudzali berkata kepadanya; “Demi Allah, kamu telah berdusta, saya pernah menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kamu lebih buruk daripada keledaiku ini.” ‘Amru berkata; “Demi Allah aku tidak akan membalas perkataanmu, demi Allah saya tidak akan memperkarakan perkataanmu itu.” dia pun keluar dan orang-orangpun keluar berpencar darinya, kemudian Allah melenyapkan wabah tersebut dari mereka. Ketika pendapat ‘Amru tersebut sampai kepada Umar bin Khaththab, demi Allah dia tidak membencinya.” Abu Abdullah, Abdurrahman bin Ahmad bin Hanbal berkata; “Aban bin Shalih adalah kakek Abdurrahman Musykudanah.”

 

Musnad Ahmad 1606: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Adi dari Daud dari ‘Amir berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sekelompok pasukan ke Dzatu Salasil. Beliau menjadikan Abu Ubaidah sebagai komandan bagi kaum Muhajirin dan Amru bin al Ash sebagai komandan bagi orang-orang Badui. Beliau berpesan kepada mereka berdua: “Lakukanlah dengan sukarela!” ketika itu mereka mendapat misi untuk menyerang Bani Bakr, tetapi ‘Amru berangkat dan menyerang Bani Qudlz’ah karena Bani Bakr adalah paman dari Bani Qudla’ah. Maka Al Mughirah bin Syu’bah berangkat menemui Abu ‘Ubaidah. Dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengangkat anda untuk menjadi pemimpin kami, sedangkan anak fulan telah berangkat memimpin kaumnya, sehingga kamu sudah tidak ada lagi wewenang untuk mereka.” Abu ‘Ubaidah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh kami agar kami melakukannya dengan sukarela sedangkan saya akan mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam walau ‘Amru membantahnya.”

 

Musnad Ahmad 1607: Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Maimun mantan budak keluarga Samurah, dari Ishaq bin Sa’d bin Samurah dari Bapaknya dari Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah berkata; Akhir perkataan yang diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: “Keluarkan orang Yahudi Hijaz dan Yahudi Najran dari Jazirah Arab.”

 

Musnad Ahmad 1608: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah memberitakan kepada kami Hisyam dari Washil dari Al Walid bin Abdurrahman dari ‘Iyadh bin Ghuthaif berkata; Kami menemui Abu ‘Ubaidah untuk menjenguknya. Dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berinfak harta yang utamanya di jalan Allah maka dia akan mendapatkan tujuh ratus kali lipat. Barangsiapa berifak untuk dirinya, atau untuk keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri di jalanan maka setiap kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipatnya. Puasa adalah tameng selama dia tidak merusaknya. Barangsiapa diuji Allah dengan suatu ujian pada tubuhnya maka itu menjadi penghapus (dsa) baginya.” Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Jarir bin Hazim telah menceritakan kepada kami Basyar bin Abu Saif dari Al Walid bin Abdurrahman dari ‘Iyadh bin Ghuthaif berkata; “Kami menemui Abu ‘Ubaidah..” lalu menyebutkan hadits secara lengkap.

 

Musnad Ahmad 1609: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Adi dari Sulaiman yaitu At Taimi, dari Abu ‘Utsman dari Abdurrahman bin Abu Bakar berkata; Abu Bakar datang bersama seseorang atau beberapa orang tamunya. Kemudian Abu Bakar menghabiskan waktu sore di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat pulang, ibuku berkata kepadanya; “Kamu terlambat untuk menjamu tamu atau para tamumu pada malam ini.” dia bertanya; “Apakah kamu telah memberi makan malam kepada mereka?” ibuku menjawab; “Belum.” Ibuku berkata lagi; “Saya sudah tawarkan kepadanya atau kepada mereka, namun mereka menolaknya.” Abu Bakar marah dan bersumpah untuk tidak memakannya, dan tamu tersebut atau para tamu tersebut juga bersumpah untuk tidak memakannya sampai Abu Bakar memakannya. Kemudian Abu Bakar berkata; “perbuatan ini dari syetan.” Lalu dia meminta makanan tersebut dan memakannya dan mereka juga memakannya, setiap kali mereka mengangkat suapan muncul dari bawahnya makanan yang lebih banyak, maka dia pun bertanya; “Wahai saudari Bani Firasy, apa ini?” Ibuku menjawab; “Wahai penyejuk hatiku, sekarang makanan ini malah lebih banyak daripada sebelum kita makan.” Kemudian mereka menyantapnya dan mengirimkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Abdurrahman menceritakan bahwa beliau juga memakannya.

 

Musnad Ahmad 1610: Telah menceritakan kepada kami ‘Arim telah menceritakan kepada kami Mu’tamir bin Sulaiman dari Bapaknya dari Abu ‘Utsman dari Abdurrahman bin Abu Bakar bahwa dia berkata; Kami pernah menyertai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan jumlah kami saat itu seratus tiga puluh orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya pada kami; “Apakah diantara kalian ada yang membawa makanan?” ternyata seorang laki-laki mempunyai satu sha’ makanan atau yang semisalnya, kemudian makanan tersebut dibuat adonan. Lalu datang seorang musyrik berambut kusut dan berperawakan jangkung membawa beberapa ekor kambing. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah ini dagangan atau pemberian?” Atau beliau berkata: “Atau hadiah?” Laki-laki itu menjawab; “Bukan, ini adalah dagangan.” lalu beliau membeli seekor kambing dan kambing tersebut dimasak. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar jantung kambing itu dipanggang. Abdurrahman berkata; Demi Allah! tidak seorangpun dari seratus tiga puluh orang itu kecuali beliau beri satu potongan dari jantung kambing tersebut. Bagi yang hadir beliau berikan kepadanya, dan jika tidak hadir maka beliau simpankan baginya, lalu beliau letakkan potongan-potongan jantung dan adonan tersebut kedalam dua nampan, kami semua makan hingga kenyang bahkan masih tersisa. Kemudian sisa makanan itu kami taruh diatas tunggangan kami.” Atau dengan lafazh yang semisalnya.

 

Musnad Ahmad 1611: Telah menceritakan kepada kami ‘Arim dan ‘Affan keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Mu’tamir bin Sulaiman, sedang ‘Affan berkata dalam haditsnya; Mu’tamir berkata; saya mendengar bapakku berkata; telah menceritakan kepada kami Abu ‘Utsman, bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar menceritakan kepadanya, bahwa para ahli Shuffah adalah orang-orang fakir, dan suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk dua orang maka ajaklah orang ketiga.” -‘Affan berkata; “Untuk tiga orang”- Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk empat orang maka ajaklah orang kelima, atau keenam.” Atau sebagaimana yang beliau sabdakan, Abu Bakar datang bersama tiga orang, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan sepuluh orang sedang Abu Bakar dengan tiga orang.-‘Affan berkata; dengan enam orang.-

 

Musnad Ahmad 1612: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari ‘Amru yaitu Ibnu Dinar, bahwa ‘Amru bin Aus Ats Tsaqafi mengabarinya, bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar telah menceritakan kepadaku, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhku untuk menemani Aisyah ke at Tan’im dalam rangka umrah.”

 

Musnad Ahmad 1613: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Bakar As Sahmi telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Al Qasim bin Mihran dari Musa bin ‘Ubaid dari Maimun bin Mihran dari Abdurrahman bin Abu Bakar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabbku memberikan padaku tujuhpuluh ribu orang dari umatku yang masuk syurga tanpa hisab.” Lalu Umar bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah anda tidak meminta tambahan?” Beliau berkata: “Aku meminta agar ditambah, lalu Dia memberiku setiap satu orang dari itu membawa tujuh puluh ribu orang.” Umar bertanya lagi: “Apakah anda tidak meminta tambahan lagi?” beliau menjawab: “Aku telah meminta-Nya, dan Dia memberiku sama seperti itu juga.” Abdullah bin Bakar membentangkan kedua tangannya, kemudian berkata; “Beliau membentangkan kedua tangannya” dan Abdullah mempraktekannya. Dan Hisyam berkata; “Ini merupakan karunia dari Allah yang tidak diketahui berapa jumlahnya.”

 

Musnad Ahmad 1614: Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Shadaqah bin Musa dari Abu ‘Imran Al Jauni dari Qais bin Zaid dari seorang hakim di dua kota, yaitu Bashrah dan Kufah dari Abdurrahman bin Abu Bakar berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan memanggil orang yang berhutang pada hari kiamat, dan menempatkannya di depan-Nya. Lalu Dia bertanya: ‘Wahai hambaKu, dimanakah engkau hilangkan harta manusia? ‘ Hamba itu menjawab; ‘Wahai Rabbku, sungguh Engkau telah mengetahui bahwasannya aku tidak menelantarkannya. Akan tetapi harta itu hilang karena tenggelam, terbakar, kecurian atau hilang.’ Lalu Allah memanggil sesuatu (hutang tersebut), Kemudian Allah meletakkannya di timbangan, ternyata amal kebaikannya lebih berat.”

 

Musnad Ahmad 1615: Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Shadaqah telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imran telah menceritakan kepadaku Qais bin Zaid dari seorang hakim di dua kota dari Abdurrahman bin Abu Bakar berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah akan memanggil orang yang berhutang pada Hari Kiamat, sehingga dia menempatkannya di depanNya. Lalu ditanyakan: ‘Wahai Ibnu Adam, untuk apa hutang kamu ini, dan kenapa kamu menghilangkan hak orang lain? ‘ Hamba itu menjawab; ‘Wahai Rabbku, sungguh Engkau telah mengetahui bahwasannya aku mengambilnya namun saya tidak memakan dan tidak meminumnya bahkan tidak memakainya, namun yang ada di hadapanku ada yang terbakar, ada yang dicuri dan ada yang hilang.’ Lalu Allah Azza Wa Jalla berkata; ‘HambaKu benar, dan Aku yang paling berhak untuk menunaikannya untukmu saat ini.’ Maka Allah ‘azza wajalla memanggil seuatu (hutang rang tersebut). Kemudian meletakkannya di timbangan, dan ternyata amal kebaikannya lebih berat daripada kejelekannya dan dia masuk syurga karena rahmatNya.”

 

Musnad Ahmad 1616: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq telah memberitakan kepada kami Abdullah yaitu Ibnu Mubarak, telah memberitakan kepada kami Zakaria bin Ishaq dari Ibnu Abu Nujaih bahwa Bapaknya menceritakannya, seseorang yang mendengar Abdurrahman bin Abu Bakar mengabarinya, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Naiklah pada unta ini dan boncengkan saudarimu. Jika kalian telah sampai pada bukit Tan’im maka berihramlah dan berjalanlah menuju Makkah.” Dan saat itu adalah pada lailatus shadar.

 

Musnad Ahmad 1617: Telah menceritakan kepada kami Daud bin Mihran Ad Dabbagh telah menceritakan kepada kami Daud yaitu Al ‘Athar, dari Ibnu Khutsaim dari Yusuf bin Mahik dari Hafshah binti Abdurrahman bin Abu Bakar dari Bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abdurrahman: “Boncengkan saudarimu. Yaitu Aisyah, dan bantulah dia dalam melaksanakan umrah dari Tan’im. Jika kamu telah sampai di bukitnya maka lewatilah dan berihramlah, karena itu merupakan ihram yang akan diterima.”

 

Musnad Ahmad 1618: Telah menceritakan kepada kami ‘Arim telah menceritakan kepada kami Mu’tamir bin Sulaiman dari Bapaknya dari Abu ‘Utsman dari Abdurrahman bin Abu Bakar bahwa dia berkata; ” Kami pernah menyertai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan jumlah kami saat itu seratus tiga puluh orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya pada kami; “Apakah diantara kalian ada yang membawa makanan?” ternyata seorang laki-laki mempunyai satu sha’ makanan atau yang semisalnya, kemudian makanan tersebut dibuat adonan. Lalu datang seorang musyrik berambut kusut dan berperawakan jangkung membawa beberapa ekor kambing. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah ini dagangan atau pemberian?” Atau beliau berkata: “Atau hibah?” Laki-laki itu menjawab; “Bukan, tapi ini dagangan.” lalu beliau membeli seekor kambing dan kambing tersebut dimasak. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar jantung kambing itu dipanggang. Abdurrahman berkata; Demi Allah! tidak seorangpun dari seratus tiga puluh orang itu kecuali beliau beri satu potongan dari jantung kambing tersebut. Bagi yang hadir beliau berikan kepadanya, dan jika tidak hadir maka beliau simpankan baginya, lalu beliau letakkan potongan-potongan jantung dan adonan tersebut kedalam dua nampan, kami semua makan hingga kenyang bahkan masih tersisa. Kemudian sisa makanan itu kami taruh diatas tunggangan kami.” Atau dengan lafazh yang semisalnya.

 

Musnad Ahmad 1619: Telah menceritakan kepada kami ‘Arim telah menceritakan kepada kami Mu’tamir bin Sulaiman dari bapaknya telah menceritakan kepada kami Abu ‘Utsman bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar menceritakannya, bahwa para ahli Shuffah adalah orang-orang fakir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu kali bersabda: “Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk dua orang maka ajaklah orang ketiga (untuk ikut serta makan). Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk empat orang maka ajaklah orang kelima, atau keenam.” Abu Bakar datang bersama tiga orang dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan sepuluh orang, dan Abu Bakar dengan tiga orang, yaitu saya bapakku dan ibuku. -Abu ‘Utsman berkata; Saya tidak tahu apakah Abdurrahman mengatakan; Istriku, pelayan yang berada di rumah kami dan rumah Abu Bakar. Abu Bakar makan malam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian tetap di sana sampai saya selesai melaksanakan shalat isya’, kemudian dia kembali lagi ke tempat tersebut sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengantuk. Setelah berlalu waktu mendekati perengahan malam dia datang, dan istrinya bertanya; “Apa yang menyebabkan kamu terlambat untuk melayani para tamumu, atau seorang tamumu?” Abu Bakar berkata; “Apakah kamu telah memberi makan malam kepada mereka?” dia menjawab; “Mereka menolaknya sampai kamu datang, padahal sudah saya tawarkan kepada mereka.” Kemudian saya pergi bersembunyi mengawasi. Abu Bakar berkata; “Wahai Ghuntsar atau ‘Antar (kata hinaan kepada mereka)!” Abu Bakar merendahkannya dan mencelanya, lalu dia berkata; “Makanlah kalian seadanya. Demi Allah! Saya tidak akan makan selamanya.” Abdurrahman berkata; Tamu tersebut juga bersumpah, bahwa dia tidak akan memakannya sampai Abu Bakar memakannya. Abu Bakar berkata; “Perbuatan ini dari syetan.” Lalu dia meminta makanan tersebut dan memakannya dan mereka juga memakannya. Maka tidaklah kami mengangkat satu suapan kecuali muncul dari bawahnya makanan yang lebih banyak. Sampai akhirnya mereka kenyang dan jumlahnya semakin bertambah banyak dari sebelumnya. Kemudian Abu Bakar melihat makanan itu, dan rupanya makanan tersebut seperti semula atau bahkan lebih banyak. Lalu Abu Bakar bertanya kepada istrinya; “Wahai saudari Bani Firasy, apa ini?” Dia menjawab; “Wahai penyejuk hatiku, sekarang makanan ini malah lebih banyak daripada sebelum kita makan.” (dia ucapkan) tiga kali. Kemudian Abu Bakar menyantapnya dan berkata; “sesungguhnya hal itu (sumpahnya) dari syetan, ” setelah memakan satu suapan dia membawanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan akhirnya makanan tersebut berada di tempat beliau. Ketika itu antara kami dan suatu kaum ada sebuah perjanjian yang masa berlakunya telah selesai. Kemudian kami mengangkat dua belas orang sebagai pemimpin dan setiap orang memimpin beberapa orang. Allah yang tahu berapa jumlah mereka yang bersama setiap pemimpin, dan Abu Bakar mengirim makanan tersebut kepada mereka dan mereka semuanya memakan makanan tersebut.

 

Musnad Ahmad 1620: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Mu’tamir bin Sulaiman berkata; saya mendengar Bapakku berkata; telah menceritakan kepada kami Abu ‘Utsman bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar menceritakan kepadanya, bahwa para ahli Shuffah, adalah orang-orang fakir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika bersabda: “Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk dua orang maka ajaklah orang ketiga (untuk diajak makan bersama). Barangsiapa memiliki makanan yang cukup untuk empat orang maka ajaklah orang kelima dan keenam.” Abu Bakar datang bersama tiga orang dan Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan sepuluh orang. Abdurrahman berkata; “Yaitu saya, bapakku dan ibuku.” Abu ‘Utsman berkata; Saya tidak tahu apakah dia mengatakan: “Dan istriku serta seorang pelayan di rumah kami dan rumah Abu Bakar RAdhi Allahu ‘anhu.”

 

Musnad Ahmad 1621: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Hakim telah menceritakan kepada kami Khalid bin Salamah bahwa Abdul Hamid bin Abdurrahman mengundang Musa bin Thalhah ketika sedang mengadakan walimah putranya. Dia berkata; “Wahai Abu Isa, apa yang engkau ketahui tentang shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?” Maka Musa menjawab; Aku bertanya pada Zaid bin Kharijah tentang shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Zaid menjawab: Saya bertanya sendiri kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; “Bagaimanakah cara shalawat kepada anda?” Beliau menjawab: “Shalatlah kalian dan bersungguh-sungguhlah, kemudian ucapkanlah: ALLAHUMMA BARIK ‘ALA MUHAMMADIN WA ‘ALA ALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA ‘ALA IBRAHIIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID. (Ya, Allah berilah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji dan Maha Perkasa).”

 

Musnad Ahmad 1622: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaq dari Yahya bin ‘Abbad dari Bapaknya, ‘Abbad bin Abdullah bin Zubair berkata; Al Harts bin Khazmah menemui Umar bin Al Khatthab dengan membawa dua ayat terakhir surat al Bara`ah: (Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari golongan kalian …) Maka Umar bertanya; “Siapa yang menjadi saksimu atas hal ini?”dia menjawab; “Aku tidak tahu, demi Allah! namun Aku bersumpah sungguh aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku memahaminya dan menghafalnya.” Maka Umar berkata; “Aku juga bersaksi bahwa aku juga benar-benar mendengarnya langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Kemudian dia mengatakan; “Andaikan jumlah ayat-ayat itu tiga ayat, niscaya akan aku jadikan satu surat tersendiri. Maka carilah salah satu surat dari Al Qur`an (yang sesuai dengannya), lalu letakkanlah keduanya di dalamnya. Aku pun meletakkannya pada akhir surat al Bara`ah.

 

Musnad Ahmad 1623: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud yaitu Abu Daud Ath Thayalisi, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amir Al Khazzaz dari Al Hasan dari Sa’d mantan budak Abu Bakar berkata; Aku pernah menyerahkan kurma ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian para sahabat menggabungkan dua kurma ketika makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menggabungkan dua kurma ketika makan!”

 

Musnad Ahmad 1624: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amir dari Al Hasan dari Sa’d mantan budak Abu Bakar, bahwa dia melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliaupun menyukai pelayanannya, lalu beliau bersabda: “Wahai Abu Bakar, Bebaskanlah Sa’d.” Abu bakar menjawab; “Wahai Rasulullah, kami tidak punya lagi selain dia.” Sa’d berkata; maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi: “Bebaskanlah Sa’d, niscaya akan datang kepadamu beberapa lelaki.” Abu Daud berkata; maksudnya adalah para tawanan.

Musnad Ahmad 1625: Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam As Saluli dari Abu Al Haura` dari Al Hasan bin Ali berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku ucapkan ketika dalam qunut shalat witir: “ALLAHUMMAHDINI FI MAN HADAIT WA ‘AFINI FI MAN ‘AFAIT WA TAWALLANI FIMAN TAWALLAIT WA BAARIK LI FI MAA A’THAIT WAQINI SYARRA MA QADHAIT, FA INNAKA TAQDLI WA LA YUQDLA ‘ALAIK, INNAHU LA YADZILLU MAN WAALAITA TABARAKTA RABBANA WA TA’ALAIT (Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau beri perlindungan, sayangilah aku sebagaimana orang yang Engkau sayangi dan berilah berkah padaku pada apa yang Engkau berikan, dan jauhkanlah aku dari kejelekan taqdir yang Engkau tentukan, sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan putusan dan tidak ada orang yang memutuskan putusan kepada-Mu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau bela. Maha Suci Engkau Wahai tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau.) ”

 

Musnad Ahmad 1626: Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Syarik dari Abu Ishaq dari Hubairah bahwa Al Hasan bin Ali berkhutbah di hadapan kami: “Sesungguhnya seorang lelaki telah meninggalkan kalian kemarin, yang mana orang-orang terdahulu tidak dapat menandinginya dalam hal ilmu dan orang-orang setelahnya tidak dapat menyainginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutusnya untuk memegang bendera pasukan. Jibril di sebelah kanannya dan Mikail di sebelah kirinya, dan dia tidak akan bergegas pergi (meninggalakan medan perang) hingga musuh dapat ditaklukkan.”

 

Musnad Ahmad 1627: Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Israil dari Abu Ishaq dari ‘Amru bin Hubaisy berkata; Al Hasan bin Ali menyampaikan khutbah kepada kami setelah terbunuhnya Ali; Sesungguhnya seorang lelaki telah meninggalkan kalian kemarin, yang mana orang-orang terdahulu tidak dapat menandinginya dalam hal ilmu dan orang-orang setelahnya tidak dapat menyainginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutusnya dan memberinya bendera pasukan, dan dia tidak akan bergegas pergi (meninggalakan medan perang) hingga musuh dapat ditaklukkan. Dan tidaklah dia meninggalkan Dinar ataupun Dirham kecuali hanya tujuh ratus dirham saja dari pemberiannya yang dia persiapkan untuk menggaji pelayan keluarganya.” Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah memberitakan kepada kami Sufyan dari Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` dari Al Hasan bin Ali bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarinya agar dia membaca pada shalat witir. lalu dia menyebutkan sebagaimana hadits Yunus.

 

Musnad Ahmad 1628: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah memberitakan kepada kami Hammad dari Al Hajjaj bin Arthah dari Muhammad bin Ali dari Al Hasan bin Ali bahwa suatu ketika jenazah lewat di dekatnya, orang-orang pun berdiri sedang Al Hasan bin Ali tidak berdiri. Al Hasan bertanya; “Apa yang kalian lakukan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri karena merasa terganggu dengan bau badan seorang Yahudi.”

 

Musnad Ahmad 1629: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Syu’bah telah menceritakan kepadaku Buraidah bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` As Sa’idi berkata; Aku bertanya pada Al Hasan bin Ali; “Masalah apakah yang paling engkau ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Al Hasan menjawab; “yang aku ingat adalah bahwa aku pernah mengambil sebutir kurma dari kurma sedekah dan aku memasukkannya ke dalam mulutku. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluarkan kurma tersebut yang sudah bercampur dengan air liur, kemudian beliau membuangnya ke gundukan kurma lainnya.” Ada seseorang yang bertanya; “Memangnya kenapa jika engkau memakan kurma tersebut?” Al Hasan menjawab; “Sesungguhnya kami (ahlul bait) tidak memakan sedekah.”

 

Musnad Ahmad 1630: Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, Al Hasan juga berkata; Beliau bersabda: “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, sesungguhnya kejujuran itu membawa pada ketenangan dan kebohongan itu membawa pada keraguan.”

 

Musnad Ahmad 1631: Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, Al Hasan juga berkata; Beliau mengajari kami doa: “ALLAHUMMAHDINI FI MAN HADAIT WA ‘AFANI FI MAN ‘AFAIT WA TAWALLANI FIMAN TAWALLAIT WA BARIK LI FI MA A’THAIT WAQINI SYARRA MA QADHAIT, INNAHU LA YADZILLU MAN WALAIT (Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau beri perlindungan, sayangilah aku sebagaimana orang yang Engkau sayangi dan berilah berkah terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadaku dan jauhkan aku dari kejelekan taqdir yang kau tentukan. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina).” Terkadang beliau juga membaca: “..TABAARAKTA RABBANA WA TA’ALAIT (Maha Suci Engkau Wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau.) ”

 

Musnad Ahmad 1632: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bukair telah menceritakan kepada kami Tsabit bin ‘Umarah telah menceritakan kepada kami Rabi’ah bin Syaiban, dia berkata kepada Al Hasan bin Ali radliallahu ‘anhu; “Apakah yang paling engkau ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Al Hasan menjawab; “Beliau membawaku masuk ke dalam ruang penapungan sedekah lalu saya mengambil sebutir kurma dan memasukkannya ke dalam mulutku. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Buanglah, sesungguhnya itu tidak halal bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ahli baitnya.”

 

Musnad Ahmad 1633: Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad yaitu Az Zubair, telah menceritakan kepada kami Al ‘Ala` bin Shalih telah menceritakan kepadaku Buraidah bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` berkata; ketika aku sedang bersama Hasan bin Ali, dia ditanya; “Apakah yang paling engkau ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” dia menjawab; “Pada suatu hari saya berjalan bersama beliau, kemudian lewatlah di tempat pengumpulan dan pengeringan kurma sedekah. Lalu saya mengambil sebutir kurma dan memasukkannya ke dalam mulutku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan jarinya ke mulutku dan mengeluarkan kuma tersebut yang sudah bercampur dengan air liurku. Kemudian ada sebagian sahabat bertanya; “Memangnya kenapa jika engkau membiarkannya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “Sesungguhnya kami keluarga Muhammad, tidak halal sedekah bagi kami”. Dan saya hapal dari beliau shalat lima waktu.”

 

Musnad Ahmad 1634: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Yazid yaitu Ibnu Ibrahim At Tustari, telah memberitakan kepada kami Muhammad berkata; diberitakan kepadaku bahwa jenazah lewat pada Al Hasan bin Ali dan Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma. Al Hasan berdiri sedangkan Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma duduk, maka Al Hasan bertanya kepadanya; “Tidakkah kau lihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dilewati jenazah?” maka Ibnu Abbas berdiri dan berkata; “Ya, namun beliau juga pernah duduk.” Al Hasan tidak mengingkari apa yang dikatakan Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma.

 

Musnad Ahmad 1635: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah berkata; saya mendengar Buraidah bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` berkata; Aku bertanya kepada Al Hasan bin Ali; “Apakah yang paling engkau ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” dia menjawab; “Aku ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa saya mengambil sebutir kurma dari kurma sedekah dan memasukkannya ke dalam mulutku.” Al Hasan berkata; “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuangnya beserta dengan air ludah yang ada. Hal itu ditanyakan; “Wahai Rasulullah, memangnya kenapa dengan kurma ini pada anak kecil ini?” beliau menjawab; “Sesungguhnya kami keluarga Muhammad, tidak halal sedekah bagi kami.”

 

Musnad Ahmad 1636: Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, Al Hasan juga berkata; Beliau bersabda: “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, menuju sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan kebohongan itu keraguan.”

 

Musnad Ahmad 1637: Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya, Al Hasan berkata; beliau mengajari kami do’a ini; “ALLAHUMMAHDINI FI MAN HADAIT WA ‘AFANI FI MAN ‘AFAIT WA TAWALLANI FIMAN TAWALLAIT WA BARIK LI FI MA A’THAIT WAQINI SYARRA MA QADHAIT, INNAHU LA YADZILLU MAN WALAIT (Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau beri perlindungan, sayangilah aku sebagaimana orang yang Engkau sayangi dan berilah berkah terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadaku dan jauhkan aku dari kejelekan taqdir yang kau tentukan. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina).” Syu’bah berkata; dan menurutku beliau juga berkata; “TABAARAKTA RABBANA WA TA’ALAIT (Maha Suci Engkau, Wahai tuhan kami Maha Tinggi Engkau.) ” Dan Syu’bah berkata; dan telah menceritakan kepadaku seseorang yang mendengarnya dari Al Hasan, dan saya mendengar dia meriwayatkan hadits ini pada saat dia keluar untuk menemui Al Mahdi setelah wafat ayahnya, dan Syu’bah tidak merasa ragu dengan lafazh hadits; “TABAARAKTA RABBANA WA TA’ALAIT (Maha Suci Engkau, Wahai tuhan kami Maha Tinggi Engkau.) “. Muhammad bin Ja’far bertanya kepada Syu’bah; “Apakah kamu ragu mengenai hal itu?” dia menjawab; “Tidak.”

 

Musnad Ahmad 1638: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ayyub dari Ibnu Sirin; bahwa ada jenazah yang lewat di hadapan Ibnu Abbas dan Al Hasan, kemudian salah seorang dari mereka berdiri sedang yang lainnya duduk. Maka rang yang berdiri bertanya; “Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri?” sedangkan yang duduk menjawab; “Ya. dan beliau juga duduk.”

 

Musnad Ahmad 1639: Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahab Ats Tsaqafi dari Ayyub dari Muhammad bahwa Al Hasan bin Ali dan Ibnu Abbas melihat jenazah (lewat), lalu salah satu dari mereka berdiri sedang yang lainnya tetap duduk, maka orang yang berdiri bertanya; “Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri?” sedangkan yang duduk menjawab; “Ya. dan beliau juga duduk.”

 

Musnad Ahmad 1640: Telah menceritakan kepada kami Waki’ dan Abdurrahman berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Mush’ab bin Muhammad dari Ya’la bin Abu Yahya dari Fathimah binti Husain dari Bapaknya, sedangkan Abdurrahman berkata; Husain bin Ali berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang meminta itu mempunyai hak meskipun ia datang dengan mengendarai kuda.”

 

Musnad Ahmad 1641: Telah memberitakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Tsabit bin ‘Umarah dari Rabi’ah bin Syaiban berkata; Aku bertanya pada Al Husain bin Ali radliallahu ‘anhu; “Apa yang paling berkesan bagimu tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab; Aku pernah masuk ke ruang sedekah bersama beliau, lalu aku mengambil sebutir kurma dan memasukkannya ke dalam mulutku. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; “Buang kurma itu, sesungguhnya sedekah itu tidak halal bagi kita (ahlul bait).”

 

Musnad Ahmad 1642: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan Ya’La, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hajjaj yaitu Ibnu Dinar Al Wasithi, dari Syua’ib bin Khalid dari Husain bin Ali berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya diantara tanda baiknya keIslaman seseorang adalah sedikit berkata dalam hal yang tidak berguna baginya.”

 

Musnad Ahmad 1643: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah memberitakan kepada kami Ibnu Juraij berkata; saya mendengar Muhammad bin Ali menyatakan dari Husain dan Ibnu Abbas atau salah satu dari keduanya, berkata; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri karena jenazah seorang yahudi yang lewat, lalu beliau berkata; “Baunya sangat menggangguku.”

 

Musnad Ahmad 1644: Telah menceritakan kepada kami Yazid dan ‘Abbad bin ‘Abbad berkata; telah memberitakan kepada kami Hisyam bin Abu Hisyam, ‘Abbad berkata; Ibnu Ziyad dari ibunya dari Fathimah binti Al Husain dari Bapaknya, Al Husain bin Ali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak seorang muslimpun baik laki-laki maupun perempuan yang tertimpa musibah dan ia mengingat (kembali musibah tersebut) walaupun sudah lama berlalu” -‘Abbad berkata; “Walau sudah berlangsung lama.” – kemudian dia menceritakannya dalam rangka beristirja’, kecuali Allah menggantinya pada saat itu dan memberinya pahala sebagaimana yang diberikan saat ia tertimpa musibah.” Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Syarik bin Abdullah dari Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` dari Al Husain bin Ali berkata; Kakekku pernah mengajariku – atau ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku- beberapa kalimat yang selalu aku ucapkan pada shalat witir…” kemudian ia memaparkan hadits tersebut.

 

Musnad Ahmad 1645: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin ‘Amru dan Abu Sa’id, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari ‘Umarah bin Ghaziyyah dari Abdullah bin Ali bin Husain dari Bapaknya, Ali bin Husain dari Bapaknya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang bakhil itu adalah orang yang jika namaku disebut di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” Yaitu bacaan; SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM.

 

Musnad Ahmad 1646: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Daud telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar dari Ibnu Syihab dari Ali bin Husain dari Bapaknya berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diantara tanda baiknya keIslaman seseorang adalah (sikapnya untuk) meninggalkan apa yang tidak ada manfaat baginya.”

 

Musnad Ahmad 1647: Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ayyasy dari Salim bin Abdullah dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil menerangkan; ‘Aqail bin Abu Thalib menikah kemudian dia keluar menemui kami, maka kami mengucapkan; “Semoga mendapat kecocokan dan banyak keturunan.” Maka dia berkata; “Diam! Jangan kalian mengatakan hal itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kami mengucapkan hal itu, beliau bersabda: “Ucapkanlah; ‘BAARAKALLAHU LAHA FIIKA WA BAARAKA LAKA FIIHA (semoga Allah memberkahimu dengannya dan semoga Allah memberkahinya denganmu) ‘.”

 

Musnad Ahmad 1648: Telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu ‘Ulayyah, telah memberitakan kepada kami Yunus dari Al Hasan bahwa ‘Aqil bin Abu Thalib radliallahu ‘anhu menikahi seorang wanita dari Bani Jusyaim, kemudian anggota kaum menemuinya dan berkata; “Semoga kamu mendapatkan kecocokan dan keturunan” maka ‘Aqil berkata; “Janganlah kalian mengucapkan hal seperti itu!” mereka bertanya; “Apa yang harus kami baca Wahai Abu Yazid?” dia berkata; “Bacalah: BARAKA ALLAH LAKUM WA BARAKA ‘ALAIKUM (semoga Allah memberi berkah kepada kalian dan juga memberi berkah atas kalian), demikianlah kami diperintahkan.”

 

Musnad Ahmad 1649: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami bapakku dari Muhammad bin Ishaq telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidullah bin Syihab dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam Al Makhzumi dari Ummu Salamah, putri Abu Umayyah bin Al Mughirah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, menuturkan; Tatkala kami berada di negeri Habasyah, kami bertetangga dengan tetangga yang sangat baik, yaitu raja Najasyi. Kami merasa aman dalam menjalankan agama kami, kami beribadah kepada Allah dengan tidak diganggu dan kami tidak mendengar sesuatu yang tidak kami sukai. Tatkala hal itu sampai kepada orang Quraisy, mereka bersepakat untuk mengirim utusan kepada Raja Najasyi dengan mengirim dua orang laki-laki yang kuat untuk memberikan sejumlah hadiah kepada Raja Najasyi berupa barang-barang yang dianggap langka dari Makkah. Di antara barang yang sangat menakjubkan yang diberikankan kepada mereka adalah kulit yang samak. Mereka banyak mengumpulkan barang tersebut. Mereka tidak meninggalkan satu komandan pasukan pun kecuali memberinya satu hadiah. Mereka menugaskan Abdullah bin Rabi’ah bin Al Mughirah dan Al Makhzumi dan ‘Amru bin Al ‘Ash bin Wa`il As Sahmi untuk mengirim barang-barang tersebut dan memerintahkan keduanya menyampaikan misi mereka. Mereka berkata kepada keduanya; “Serahkan setiap hadiah kepada masing-masing komandan sebelum kalian berbicara dengan Najasyi. Setelah itu berikan hadiah kepada Raja Najasyi, dan mintalah agar dia menyerahkan mereka kepada kalian sebelum raja tersebut berbicara dengan mereka.” Ummu Salamah kembali menuturkan; Kedua orang itu bergegas keluar (meninggalkan Makkah) untuk menemui Raja Najasyi. Keadaan kami pada saat itu berada di rumah yang paling bagus dan tetangga yang paling baik. Tidak ada satu komandanpun kecuali mereka berdua menyerahkan hadiahnya sebelum berbicara kepada Raja Najasyi. Mereka berdua berkata kepada setiap komandan dari mereka; “sesungguhnya beberapa anak-anak bangsa kami yang bodoh keluar dari kami dan pergi kepada negri kerajaan kalian, mereka telah meninggalkan agama kaum mereka dan tidak akan masuk pada agama kalian. Mereka membawa agama baru yang kami tidak mengetahuinya dan juga kalian. Para pembesar kaum mereka mengutus kami untuk mengembalikan mereka ke kaum mereka. Maka Jika kami sedang berbicara kepada Raja mengenai mereka, hendaknya kalian memberi masukan kepadanya agar menyerahkan mereka kepada kami dan tidak perlu berbicara kepada mereka. Karena kaum mereka lebih memperhatikan dan mengetahui keadaan mereka dan kekurangan-kekurangan mereka.” Mereka menjawab kepada keduanya; “Ya.” Setelah itu keduanya menyerahkan hadiah kepada Raja Najasyi, dan raja Najasyi menerimanya, kemudaian mereka berdua mengajak bicara Raja dan berkata; “Wahai sang raja. sesungguhnya beberapa anak-anak bangsa kami yang bodoh keluar dari kami dan pergi kepada negri kerajaan tuan, mereka telah meninggalkan agama kaum mereka dan tidak akan masuk ke agama tuan. Mereka membawa agama baru yang kami tidak mengetahuinya dan juga tuan. Para pembesar kaum mereka yang terdiri dari bapak-bapak mereka, paman-paman mereka dan keluarga mereka mengutus kami untuk menghadap tuan, agar kiranya tuan mengembalikan mereka kepada kaum kami. Karena kaum kami lebih memperhatikan mereka dan mengetahui kekurangan mereka, tetapi mereka mencela mereka.” Sungguh tidak ada yang lebih membuat marah Abdullah bin Abu Rabi’ah dan ‘Amru bin ash kecuali keinginan Raja Najasyi untuk mendengar pembelaan mereka. Kemudian para komandan yang berada di sekelilingnya berkata; “Mereka benar wahai Raja, kaum mereka lebih memperhatikan mereka dan mengetahui kekurangan-kekurangan mereka, maka serahkanlah kepada mereka agar mereka berdua bisa membawa kembali ke negeri dan kaum mereka.” Maka Raja Najasyi marah dan berkata; “Tidak! demi Allah, demi Allah saya tidak akan menyerahkan mereka kepada mereka berdua, dan tidaklah ada seorangpun yang dapat menyuruhku memerangi suatu kaum yang bertetangga denganku, dan mereka tinggal di dalam negeriku, serta mereka memilihku dari selainku, sampai aku memanggil mereka dan menanyakan mereka apa yang dikatakan oleh kedua orang ini. Jika memang sebagaimana yang disebutkan, maka saya akan menyerahkan mereka kepada mereka berdua dan akan saya kembalikan kepada kaum mereka. Jika tidak demikian, maka saya tidak akan menyerahkan mereka dan saya akan tetap melindungi mereka selama mereka memintanya.” Umu Salamah berkata; Kemudian diutuslah utusan kepada para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memanggil mereka, ketika utusanNya menemui mereka, mereka berkumpul lalu sebagian berkata kepada yang lainnya; “Apa yang akan kalian katakan kepada sang Raja jika kamu berada di hadapannya?” Mereka menjawab; “Demi Allah, kami akan mengatakan sebagaimana yang telah di ajarkan dan diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, apapun yang terjadi.” Tatkala mereka menemui Raja, rupanya sang raja juga memanggil para pemuka agamanya, dan mereka telah menyebarkan lembaran-lembaran mereka di sekitar raja. Kemudian raja bertanya kepada mereka; “Agama apa yang menyebabkan kalian meninggalkan kaum kalian dan kalian juga tidak masuk pada agamaku atau agama umat lainnya?” Umu Salamah berkata; Yang menjawab sang raja adalah Ja’far bin Abu Thalib, dia berkata; “Wahai sang raja! Kami adalah suatu kaum yang bodoh, kami menyembah berhala dan memakan bangkai, melakukan berbagai keburukan dan memutus tali kekerabatan, berbuat jahat terhadap tetangga, orang yang kuat di antara kami memangsa yang lemah, dan kami masih dalam keadaan seperti itu sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, kami mengetahui nasabnya dan kejujurannya, amanahnya dan kehati-hatiannya dalam menjaga kehormatannya. Dia mengajak kami kepada Allah agar kami mengesakanNya dan hanya menyembahNya, meninggalkan apa yang kami sembah dan nenek moyang kami yang berupa batu dan patung. Dia menyuruh kami agar kami berbuat jujur dalam berbicara, menunaikan amanah dan menyambung sillaturrahim, berbuat baik terhadap tetangga dan menahan dari hal-hal yang haram dan (menumpahkan) darah. Dia melarang melakukan kekejian-kekejian dan perkataan dusta, memakan harta anak yatim dan menuduh orang yang baik dengan tuduhan berzina. Dia menyuruh kami agar kami menyembah Allah saja, tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, dia menyuruh kami shalat, zakat dan puasa.” dia menyebutkan berbagai hal yang berkaitan dengan perkara-perkara dalam Islam “Kami membenarkannya, beriman kepadanya dan mengikuti apa yang beliau bawa. Kami menyembah Allah saja, tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, kami mengharamkan apa yang diharamkan untuk kami dan kami menghalalkan apa yang dihalalkan untuk kami. Namun, kaum kami memusuhi kami dan menyiksa kami. Mereka memfitnah kami dalam menjalankan agama kami agar kami kembali kepada menyembah patung dari ibadah kepada Allah, dan menghalalkan apa yang dulu telah kami halalkan yang berbentuk berbagai ragam kekejian. Tatkala mereka memaksa dan menganiaya kami, membuat kami susah, menghalangi kami dengan agama kami, maka kami keluar ke negeri tuan dan kami memilih tuan daripada yang lainnya karena kami senang bertetangga dengan tuan, dan kami berharap kami tidak di zhalimi di dekat tuan, Wahai raja.” Umu Salamah menuturkan kembali; Maka Raja Najasyi bertanya kepadanya; “Apakah ada sesutu yang kau bawa dari apa yang datang dari Allah?” Ja’far menjawab; “Ya.” Raja Najasy berkata; “Bacakan kepadaku!” Maka Ja’far membacanya dengan memulai dari; KA HA YA ‘AIN SHAD.” Umu Salamah berkata; Maka Raja Najasyi, demi Allah, menangis sampai basah jenggotnya dan begitu juga para tokoh agamanya ikut menangis sampai mushaf-mushaf mereka basah ketika mendengar apa yang dibacakan di hadapan mereka, Najasyi berkata; “Demi Allah, kitab ini dan kitab yang dibawa Musa keluar dari satu sumber. Pergilah kalian berdua, demi Allah, saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian selamanya dan saya tidak akan terpedaya.” Umu Salamah berkata; Tatkala kedua orang itu keluar dari hadapan sang raja, ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; “Demi Allah, sungguh saya akan bongkar aib mereka besok, kemudian saya akan kupas kejelekan-kejelekan mereka.” Abdullah bin Abu Rabi’ah, dia orang yang paling takut di antara mereka berdua, berkata kepadanya; “Jangan kau lakukan, mereka memiliki kerabat walaupun mereka telah menyelisihi kita.” Dia menjawab; “Demi Allah, saya akan tetap kabarkan kepada mereka bahwa Isa bin Maryam menurut mereka adalah seorang hamba.” Umu Salamah berkata; Esok harinya, dia menemui raja dan berkata kepadanya; “Wahai raja, sesungguhnya mereka berkata kepada Isa bin Maryam dengan perkataan yang berbahaya. Kirimlah kepada mereka dan tanyakan kepada mereka tentang pendapat mereka.” Umu Salamah berkata; Maka raja mengirim utusan kepada mereka untuk menanyakannya. Sebelum utusan itu sampai, orang-orang muslim sudah berkumpul, sebagian berkata pada yang lain; “Apa yang akan kalian katakan mengenai Isa jika dia menanyakanya kepada kalian?” Mereka menjawab; “Demi Allah, kami akan menjawab sebagaimana yang telah Allah sebutkan dan yang telah dibawa oleh Nabi kita, apapun yang terjadi.” Tatkala mereka menemui Raja, maka dia berkata kepada mereka; “Apa pendapat kalian mengenai Isa bin Maryam?” Ja’far bin Abu Thalib menjawab; “Pendapat kami adalah sebagaimana yang dibawa oleh agama kami, yaitu dia adalah hamba Allah dan RasulNya, ruhNya dan kalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang wanita yang tidak menikah.” Kemudian Raja Najasyi memukulkan tangannya ke tanah dan mengambil sebatang kayu, lalu berkata; “Itulah Isa putra Maryam, sama seperti saya mengatakan bahwa ini adalah kayu.” Maka para komandan perang yang berada di sekitarnya mengucapkan perkataan yang menunjukan kemarahan, Raja berkata; “Demi Allah, walau kalian tidak suka, saya akan mengatakannya. Pergilah kalian (kaum muslimin), kalian akan aman di negeriku, barangsiapa mencela kalian, maka akan dikenai denda, barangsiapa yang mencela kalian, maka akan dikenai denda. Saya tidak suka memiliki satu gunung emas jika saya harus menyakiti salah seorang dari kalian. Dan (raja berkata kepada para komandannya;) kembalikan kepada mereka berdua hadiah-hadiah yang telah mereka berikan, kami tidak membutuhkannya. Demi Allah, Allah tidak mengambil suap dariku ketika mengembalikan kerajaanku, hingga saya harus mengambil suap dalam kekuasaanku, dan Allah pun tidak memaksa orang-orang untuk menaatiku sehingga saya menaati mereka dalam masalah itu.” Kemudian dua orang tersebut keluar dari hadapannya dalam keadaan kalah dan hadiah-hadiah mereka dikembalikan lagi. Maka kami tinggal di dekat raja dengan sebaik-baik rumah dan bertetangga dengan tetangga yang baik. Demi Allah! kami dalam keadaan demikian sampai suatu saat datang seseorang yang mengkudeta kekuasannya. Demi Allah, kami tidak merasakan kesedihan yang melebihi kesedihan pada saat itu, kami khawatir jika orang itu mengalahkan Raja Najasyiy maka akan datang orang yang tidak mengakui hak kami sebagaimana yang telah dilakukan Raja Najasyi. Maka Raja Najasyi menuju orang tersebut, sedang diantara keduanya terdapat sungai Nil. Kemudian para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; “Siapa di antara kita yang akan menuju ke tempat berkumpulnya kaum tersebut, kemudian memperoleh kabar untuk kita.” Maka Zubair bin Awwam berkata; “Saya.” Zubair bin Awwam adalah orang paling muda umurnya. Mereka meniupkan kirbah untuknya, kemudian meletakannya di dadanya, sehingga dia dapat berenang dengan menggunakan kirbah tersebut sampai di tepi sungai Nil yang menjadi tempat bertemunya kaum. Kami berdoa kepada Allah untuk Raja Najasyi agar dia dapat mengalahkan musuhnya dan dia tetap berdiri kokoh diatas kerajaanya dan mendapatkan kepercayaan dalam memimpin negerinya Habasyah. (Semua itu kami lakukan) karena ketika kami berada di dekatnya kami mendapatkan tempat tinggal yang baik sampai kami menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada di Makkah.”

 

Musnad Ahmad 1650: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d telah menceritakan kepadaku bapakku dari Abdullah bin Ja’far berkata; saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam makan mentimun dengan kurma basah.

 

Musnad Ahmad 1651: Telah menceritakan kepada kami Isma’il telah memberitakan kepada kami Habib bin Asy Syahid dari Abdullah bin Abu Mulaikah berkata; Abdullah bin Ja’far berkata pada Ibnu Az Zubair; “Apakah kamu ingat saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui saya, kamu dan Ibnu Abbas?” Ibnu Az Zubair menjawab; “Ya.” Ibnu Az Zubair berkata; “Beliau membawa kami dan meninggalkanmu.” -Ismail juga berkata: “Apakah engkau ingat saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui saya, kamu dan Ibnu Abbas.” dia menjawab; “Ya.” beliau membawa kami dan meninggalkanmu.

 

Musnad Ahmad 1652: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami ‘Ashim dari Muwarriq Al ‘Ijli dari Abdullah bin Ja’far berkata; “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dari suatu perjalanan maka beliau akan disambut oleh anak-anak kecil dari Ahli Bait beliau. Pada suatu ketika, beliau datang dari sebuah perjalanan, dan saya dibawa lebih dahulu ke hadapan beliau, maka beliau pun membawaku di depan beliau. Kemudian salah seorang anak Fathimah, Hasan atau Husain di datangkan, kemudian beliau memboncengkannya di belakang beliau.” Abdullah berkata; ” maka kami bertiga memasuki kota Madinah dengan menaiki satu kendaraan.”

 

Musnad Ahmad 1653: Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Mis’ar telah menceritakan kepadaku seorang syaikh dari Fahm, Mis’ar menerangkan; menurutku namanya adalah Muhammad bin Abdurrahman, dan aku kira dia berasal dari Hijjaz, bahwa dia mendengar Abdullah bin Ja’far menceritakan kepada Ibnu Zubair, bahwa disembelihkan seekor kambing atau seekor unta untuk suatu kaum disembelih, dan dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat kaum tersebut hendak memberi daging kepada beliau: “Daging yang paling baik adalah bagian punggung.”

 

Musnad Ahmad 1654: Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Mahdi bin Maimun dari Muhammad bin Ya’qub dari Al Hasan bin Sa’d dari Abdullah bin Ja’far, (menurut jalur yang lain) telah menceritakan kepada kami Bahz dan ‘Affan, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Mahdi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ya’qub dari Al Hasan bin Sa’d mantan budak Al Hasan bin Ali, dari Abdullah bin Ja’far, berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajakku naik kendaraan di belakang beliau, kemudian beliau membisiki suatu pembicaraan yang tidak akan aku beritahukan kepada seseorang selamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika hendak membuang hajatnya, beliau menyukai untuk menutupi dirinya yaitu melindungi dirinya dengan bangunan yang tinggi atau dengan kebun kurma. Pada suatu hari beliau masuk ke dalam salah satu kebun milik orang Anshar yang ternyata di dalamnya ada seekor unta yang mendatangi beliau dalam keadaan menangis dan matanya meneteskan air mata, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap telinganya dan pangkal lehernya, maka unta tersebut menjadi tenang. Lalu beliau bertanya; “Siapa orang yang punya unta ini?” Datanglah seorang pemuda dari Anshar, dia menjawab; “Itu milikku Wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: “Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah di dalam memelihara unta yang telah Allah kuasakan kepadamu. Unta ini mengadu kepadaku, bahwasanya kamu membiarkan dia lapar dan lelah.”

 

Musnad Ahmad 1655: Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Hammad bin Salamah berkata; saya melihat Ibnu Abu Rafi’ memakai cincin di jari kanannya, saya pun menanyakan hal itu kepadanya, maka dia menjawab; bahwa dia melihat Abdullah bin Ja’far memakai cincin di jari tangan kanannya, dan Abdullah bin Ja’far berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memakai cincinnya di jari tangan kanannya.”

 

Musnad Ahmad 1656: Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Musafi’ bahwa Mush’ab bin Syaibah mengabarinya dari ‘Uqbah bin Muhammad bin Al Harits dari Abdullah bin Ja’far dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa ragu-ragu dalam shalatnya, hendaklah ia sujud dua kali pada saat duduk (tasyahud).”

 

Musnad Ahmad 1657: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isa dan Yahya bin Ishaq, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah dari Abu Al Aswad berkata; saya mendengar ‘Ubaid bin Ummu Kilab menceritakan dari Abdullah bin Ja’far, menurut Yahya bin Ishaq, dia berkata; saya mendengar Abdullah bin Ja’far, sedangkan salah satu dari keduanya berkata; Dzul Janahain, bahwa jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersin, beliau membaca hamdalah, lalu ada yang menyahut: “YARHAMUKA ALLAH (semoga Allah merahmatimu) ” maka beliau menimpali; “YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIHU BALAKUM (semoga Allah memberimu hidayah dan memperbaiki urusanmu) “.

 

Musnad Ahmad 1658: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Bab dari Hajjaj sesungguhnya Qatadah dari Abdullah bin Ja’far berkata; Sesungguhnya hal terakhir yang kulihat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pada salah satu tangannya ada beberapa kurma dan di tangan yang lainnya ada buah sejenis timun, beliau memakan yang satu, dan menggigit yang lainnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya daging kambing yang paling baik adalah bagian punggungnya.”

 

Musnad Ahmad 1659: Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir telah menceritakan kepada kami bapakku berkata; saya mendengar Muhammad bin Abu Ya’qub menceritakan dari Al Hasan bin Sa’d dari Abdullah bin Ja’far berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sepasukan tentara dibawah pimpinan Zaid bin Haritsah, lalu beliau bersabda: “Jika Zaid terbunuh atau syahid, maka pemimpin kalian adalah Ja’far. Jika ia terbunuh atau syahid, maka pemimpin kalian adalah Abdullah bin Rawahah.” Ketika mereka berhadapa dengan musuh, Zaid mengambil bendera dan bertempur hingga terbunuh. Lalu Ja’far mengambil alih bendera dan bertempur hingga terbunuh. Bendera kembali dipegang oleh Abdullah bin Rawahah, dan dia bertempur hingga terbunuh. Kemudian bendera diambil oleh Khalid bin Walid, dan Allah memenangkannya. Maka sampailah kabar ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau keluar menemui orang-orang, beliau bertahmid kepada Allah dan memujinya, lalu bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudara kalian bertempur melawan musuh. Yang (pertama kali) memegang bendera adalah Zaid bin Haritsah, dia bertempur hingga terbunuh atau syahid, kemudian bendera diambil oleh Ja’far bin Abu Thalib, dan ia bertempur hingga terbunuh atau syahid, kemudian bendera dipegang Abdullah bin Rawahah, dan ia bertempur hingga ia terbunuh atau syahid. Setelah itu bendera diambil alih oleh salah satu pedang Allah, Khalid bin Walid, dan Allah pun memenangkannya.” Beliau menunda (untuk datang kepada keluarga korban), dan beliau menunda untuk datang kepada keluarga Ja’far selama tiga hari. Kemudian beliau mendatangi mereka dan berkata; “Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini atau besok, dan panggilkanlah kedua putra saudaraku.” Abdullah berkata; Kemudian kami dibawa ke hadapan beliau, seakan-akan kami anak ayam (yang kehilangan induknya). Beliau berkata; “Panggilkanlah tukang cukur untukku.” Lalu didatangkanlah tukang cukur, dan dia pun mencukur rambut kami. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Muhammad (bin Ja’far) itu mirip dengan paman kami, Abu Thalib, sedang Abdullah itu mirip dengan fisikku dan kelakuanku.” Lalu beliau memegang tanganku dan menengadahkannya, lalu berdoa: “Ya Allah gantikanlah Ja’far bagi keluarganya, serta berkahilah Abdullah atas janji setianya.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali. Abdullah berkata; Lalu ibu kami datang dan mengatakan kepada beliau tentang keyatiman kami, sehingga membuat beliau bersedih, kemudian beliau bersabda: “Janganlah engkau khawatir dengan kehidupan mereka, sesungguhnya aku adalah wali bagi mereka di dunia dan di akhirat.”

 

Musnad Ahmad 1660: Telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Khalid dari Bapaknya dari Abdullah bin Ja’far berkata; Saat datang kabar tentang kematian Ja’far, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, sungguh mereka telah tertimpa suatu hal yang menyita waktu mereka atau sesuatu yang menyibukkan mereka.”

 

Musnad Ahmad 1661: Telah menceritakan kepada kami Hajjaj, berkata; Ibnu Juraij berkata; telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Musafi’ bahwa Mush’ab bin Syaibah mengabarinya dari ‘Uqbah bin Muhammad bin Al Harits dari Abdullah bin Ja’far, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ragu-ragu dalam shalatnya, hendaklah ia sujud dua kali setelah salam.” Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq telah memberitakan kepada kami Abdullah telah memberitakan kepada kami Ibnu Juraij telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musafi’ dari ‘Uqbah bin Muhammad bin Al Harits, lalu menyebutkan seperti hadits di atas dengan sanadnya.

 

Musnad Ahmad 1662: Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir telah menceritakan kepada kami bapakku berkata; saya mendengar Muhammad bin Abu Ya’qub menceritakan dari Al Hasan bin Sa’d dari Abdullah bin Ja’far berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaiki bighal betina dan memboncengku di belakangnya. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuang hajatnya, beliau menyukai untuk menutupi dirinya yaitu melindungi dirinya dengan bangunan yang tinggi atau di kebun kurma. Pada suatu ketika beliau masuk ke dalam sebuah kebun milik orang Anshar yang ternyata di di dalamnya ada seekor unta milik orang Anshar tersebut. Tatkala melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam unta tersebut menangis dan meneteskan air matanya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun mengusap telinganya dan pangkal lehernya, maka unta tersebut menjadi tenang. Lalu beliau bertanya; “Siapa pemilik unta ini?” Datanglah seorang pemuda dari Anshar dan menjawab; “Saya.” Beliau bertanya: “Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah dalam mengurus unta ini yang telah Allah kuasakan kepadamu. Dia mengadukanmu kepadaku dan dia menyatakan bahwa kamu membiarkan dia lapar dan lelah.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi ke dalam kebun dan melaksanakan hajatnya kemudian berwudhu. Ketika beliau datang, air masih menetes dari jenggot ke dada beliau, dan beliau membisikkan sesuatu kepadaku yang tidak akan saya ceritakan kepada seorang pun, bahkan kami merasa berat ketika beliau menceritakannya kepada kami. Abdullah bin Ja’far berkata; “Saya tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga aku bertemu Allah.”

 

Musnad Ahmad 1663: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ibnu Abu Rafi’ mantan budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Abdullah bin Ja’far memakai cincin di jari kanannya dan meyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakai cincin di jari tangan kanannya.

 

Musnad Ahmad 1664: Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Al Qasim telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi telah menceritakan kepada kami seorang syaikh yang datang dari Hijaz berkata; saya menyaksikan Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Ja’far di Muzdalifah, saat itu Ibnu Zubair sedang memotong daging untuk Abdullah bin Ja’far. Abdullah bin Ja’far berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya daging yang paling baik adalah bagian punggungnya.”

 

Musnad Ahmad 1665: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaq dari Isma’il bin Abu hakim dari Al Qasim dari Abdullah bin Ja’far berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak pantas bagi seorang Nabi untuk mengatakan ‘Sungguh aku lebih baik dari Yunus bin Matta’.” Abu Abdurrahman berkata; dan Harun bin Ma’ruf juga menceritakan hadits yang sama kepada kami.

 

Musnad Ahmad 1666: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami bapakku dari Ibnu Ishaq berkata; dan telah menceritakan kepadaku Hisyam bin ‘Urwah bin Zubair dari Bapaknya, ‘Urwah dari Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah, bahwa ia berada di sebuah rumah dari mutiara yang cekung, tidak ada suara gaduh di dalamnya dan tidak ada rasa letih.”

 

Musnad Ahmad 1667: Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepadaku Mis’ar dari seorang laki-laki tua dari penduduk Fahm, dia berkata; aku mendengar Abdullah bin Ja’far berkata; Sesungguhnya hal terakhir yang kulihat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pada salah satu tangannya ada beberapa kurma dan di tangan yang lainnya ada buah sejenis timun, beliau memakan yang satu, dan menggigit yang lainnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya daging kambing yang paling baik adalah bagian punggungnya.”

 

Musnad Ahmad 1668: Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Ja’far bin Khalid bin Sarrah bahwa bapaknya mengabarinya, bahwa Abdullah bin Ja’far berkata; seandainya engkau melihat diriku, Qutsam bin Abbas dan Ubaidullah bin Abbas, saat kami masih kecil suka bermain-main, tiba-tiba Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lewat dengan tunggangannya. Beliau berkata padaku: “Naikkan anak itu bersamaku!” lalu beliau mendudukkanku di hadapannya, kemudian beliau berkata pada Qutsam; “Naikkan anak itu bersamaku.” lalu beliau mendudukkannya di belakangnya. ‘Ubaidullah adalah anak yang lebih disukai Abbas daripada Qutsam, meskipun demikian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak malu kepada pamannya untuk membawa Qutsam dan meninggalkan ‘Ubaidullah. Kemudian beliau mengusap kepalaku tiga kali, dan setiap mengusap beliau menguccapkan: “Ya Allah, jadikanlah pengganti Ja’far (untuk mengurus) anaknya.” Khalid bin Sarrah berkata; Saya bertanya kepada Abdullah; “Apa yang terjadi dengan Qutsam?” dia menjawab; “Dia syahid.” Saya berkata; “Allah dan RasulNya lebih mengetahui tentang hal yang baik.” Abdullah berkata; “Tentu.”

 

Musnad Ahmad 1669: Telah menceritakan kepada kami Rauh berkata; Ibnu Juraij berkata; telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Musafi’ bahwa Mush’ab bin Syaibah mengabarinya dari ‘Uqbah bin Muhammad bin Al Harits dari Abdullah bin Ja’far, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ragu-ragu dalam shalatnya, hendaklah ia sujud dua kali setelah salam.”

 

Musnad Ahmad 1670: Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ibnu Abu Rafi’ dari Abdullah bin Ja’far bahwa dia menikahkan putrinya dengan Al Hajjaj bin Yusuf. Dia berkata kepada putrinya: “Jika ia masuk menemuimu maka ucapkanlah: ‘LA ILAHA ILLA ALLAH AL HALIM AL KARIM SUBHANALLAH RABBIL ARSY AL ADZIM ALHAMDU LILLAHI RABBIL ALAMIN (Tiada ilah yang haq selain Allah yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia. Segalah puji bagi Allah Rabb ‘Arsy yang Maha Mulia. Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam).'” Dan menyatakan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika tertimpa musibah membaca kalimat itu. Hammad berkata; Menurutku Abdullah bin Ja’far berkata; “sehingga Hajjaj tidak bisa menggaulinya.”

 

Musnad Ahmad 1671: Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdul Malik bin ‘Umair dari Abdullah bin Al Harits dari Al Abbas bin Abdul Muththalib bahwa dia berkata; “Wahai Rasulullah, pamanmu Abu Thalib telah mengasuhmu dan membantumu.” Beliau menjawab; “Sesungguhnya ia berada di neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karenaku niscaya ia berada di dasar neraka.”

 

Musnad Ahmad 1672: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far dari Isma’il bin Muhammad dari ‘Amru bin Sa’d dari Al Abbas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang sedang bersujud, maka ada tujuh anggota yang ikut bersujud bersamanya. Yaitu: wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, dan kedua kakinya.” Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far dari Yazid bin Abdullah bin Al Hadi dari Muhammad bin Ibrahim dari Amir bin Sa’d dari Al Abbas bin Abdul Muththalib dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti lafazh hadits di atas.

 

Musnad Ahmad 1673: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Bakr telah menceritakan kepada kami Hatim yaitu Ibnu Abu Shaghirah, telah menceritakan kepadaku beberapa orang dari kalangan Bani Abdul Muththalib berkata; Ali bin Abdullah bin Abbas menemui kami di beberapa musim haji. saya mendengarnya berkata; telah menceritakan kepadaku bapakku Abdullah bin Abbas dari bapakku, Al Abbas bahwa dia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; “Wahai Rasulullah, aku adalah pamanmu dan usiaku sudah lanjut serta ajalku telah dekat. Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat bermanfaat bagiku.” Beliau bersabda: “Wahai Abbas, engkau adalah pamanku dan aku tidak punya kuasa apapun atasmu di sisi Allah. Tetapi mintalah kepada Rabbmu ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali. Lalu Abbas menemui beliau lagi pada penghujung tahun dan beliau mengatakan sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Abu Yunus Al Qusyairi, Hatim bin Abu Shaghirah telah menceritakan kepadaku seseorang keturunan Abdul Muththalib berkata; Ali bin Abdullah bin Abbas menemui kami,, aka anak-anak Abdul Muththalib menemuinya. Dia berkata; saya mendengar Abdullah bin Abbas menceritakan dari Bapaknya, Abbas bin Abdul Muththalib berkata; Aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; “Wahai Rasulullah, aku adalah pamanmu dan usiaku telah lanjut” lalu dia menyebutkan riwayat secara makna.

 

Musnad Ahmad 1674: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin ‘Umair dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal dari Abbas bin Abdul Muththalib berkata; “Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfaat kepada Abu Thalib karena dia telah mengasuhmu dan marah untuk (memberikan pembelaan) kepadamu?” Beliau menjawab; “Ya. ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena hal tersebut niscaya berada di dasar neraka.”

 

Musnad Ahmad 1675: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq telah memberitakan kepada kami Ibnu Lahi’ah dari Yazid bin Abdullah bin Al Had dari Muhammad bin Ibrahim At Taimi dari ‘Amru bin Sa’d dari Al Abbas bin Abdul Muththalib berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika anak Adam bersujud maka ada tujuh anggota badan yang ikut bersujud bersamanya. Yaitu: wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, dan kedua kakinya.”

 

Musnad Ahmad 1676: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah memberitakan kepada kami Yahya bin Al ‘Ala` dari pamannya, Syu’aib bin Khalid telah menceritakan kepadaku Simak bin Harb dari Abdullah bin ‘Amirah dari Abbas bin Abdul Muththalib berkata; Kami bermajlis bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Al Bathha`, tiba-tiba sekumpulan awan melintas, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Tahukah kalian apakah itu?” Kami menjawab; “Itu adalah kumpulan awan.” Beliau berkata; “Dan mega.” kami mengikuti; “Dan mega.” Lalu beliau bersabda: “Dan mendung.” Maka kamipun diam. Beliau bertanya lagi; “Apakah kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?” Kami menjawab; “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Beliau berkata; “Jaraknya adalah sejauh perjalanan lima ratus tahun. Jarak antara langit yang satu dengan langit berikutnya adalah sejauh perjalanan lima ratus tahun juga. Tebal langit adalah sejauh perjalanan lima ratus tahun. Di atas langit ke tujuh ada lautan yang jarak antara dasar dengan permukaannya adalah sebagaimana jarak bumi dan langit. Lalu di atasnya lagi ada delapan penyangga yang jarak antara ujung dengan pangkalnya seperti jarak antara langit dan bumi. Di atasnya lagi ada Arsy yang jarak antara dasar dan permukaannya adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berada di atasnya. Tidak ada satu amalan pun yang dilakukan oleh keturunan Adam yang tersembunyi dari-Nya.” Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shabbah Al Bazzar dan Muhammad bin Bakkar berkata, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Abu Tsaur dari Simak bin Harb dari Abdullah bin ‘Amirah dari Al Ahnaf bin Qais dari Al Abbas bin Abdul Muththalib dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti di atas.

 

Musnad Ahmad 1677: Telah menceritakan kepada kami Yazid yaitu Ibnu Harun, telah memberitakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu Abu Khalid, dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdullah bin Al Harits dari Al Abbas bin Abdul Muththalib berkata; Aku berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; “Wahai Rasulullah, jika orang-orang Quraisy bertemu satu sama lain, mereka selalu berseri-seri dan berwajah manis. Sedang jika bertemu dengan kami, maka mereka memasang tampang yang kami tidak mengerti.” Al Abbas berkata; Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat marah dan bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, iman tidak akan masuk kedalam hati seseorang sampai ia mencintai kalian karena Allah dan RasulNya.” Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdullah bin Al Harits dari Abdul Muththalib bin Rabi’ah berkata; Al Abbas menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengatakan: “Ketika kami keluar, kami melihat orang-orang Quraisy saling berbincang..” lalu dia menyebutkan hadits itu.

 

Musnad Ahmad 1678: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Sufyan telah menceritakan kepadaku Abdul Malik bin ‘Umair telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Harits dari Al Abbas berkata; Aku berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Engkau tidak akan merasa cukup dari pamanmu, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (memberikan pembelaan) kepadamu.” Beliau menjawab; “Ya. ia berada di bagian (neraka) yang dangkal, dan kalaulah bukan karena aku niscaya berada di dasar neraka.”

 

Musnad Ahmad 1679: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Katsir bin Abbas bin Abdul Muththalib dari Bapaknya, Al Abbas berkata; Saya menyaksikan perang Hunain bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak di kawal oleh seorangpun kecuali aku dan Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdul Muththalib, maka kami memutuskan untuk tetap mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak meninggalkan beliau. Pada saat itu, beliau berada di atas keledai putih kehitam-hitaman -Ma’mar berkata; berwarna putih- pemberian Farwah bin Nu’amah Al Judzami. Tatkala pasukan kaum muslim dan pasukan kafir bertemu, orang-orang muslim kabur sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan bighalnya ke arah orang kafir. Al Abbas berkata; Saya memegang kekang bighal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, saya menahannya agar kuda tersebut tidak berjalan cepat menuju orang-orang musyrik, sedangkan Abu Sufyan bin Al Harits memegang pijkan kaki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Abbas panggillah orang-orang yang mengikuti Bai’atur Ridlwan.” Aku adalah orang yang sangat tinggi suaranya, maka aku pun mengangkat suaraku dengan tinggi; “Dimanakah ashhab as samurrah (orang yang mengikuti Bai’atur Ridlwan)?” Demi Allah, rasa sayang mereka (kepada Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam) ketika mendengar suaraku (memanggil mereka) seperti rasa sayang seekor induk sapi terhadap anak-anaknya. Mereka menjawab; “Kami datang memenuhi panggilanmu, kami datang memenuhi panggilanmu.” Maka kaum muslimin pun datang, kemudian terjadilah pertempuran antara kaum muslimin dan orang-orang kafir. Orang-orang Anshar pun (tak ketinggalan) menyeru; “Wahai segenap kaum Anshar!” Kemudian panggilan semakin menyempit kepada Bani Al Harits bin Al Khazraj, mereka memanggil; “Wahai Bani Al Harits bin Al Khazraj.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat pada saat di atas bighalnya, seakan-akan beliau berdiri di atasnya, memandangi peperangan yang sedang terjadi, dan bersabda: “Inilah yang terjadi ketika peperangan sangat sengit sedang terjadi.” Kemudian beliau mengambil (segenggam) kerikil dan melemparkannya kepada arah orang-orang kafir, lalu bersabda: “Mereka akan kalah, Demi Rabb Ka’bah, mereka akan kalah, Demi Rabb Ka’bah.” Al Abbas melanjutkan ceritanya; Aku bergegas melihat peperangan, dan ternyata peperangan masih dalam keadaan seperti yang kulihat. Demi Allah, tidak ada yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali melempar kerikil-kerikil tersebut kepada arah mereka, dan saya dapat melihat kekuatan mereka melemah dan akhirnya mundur sehingga Allah mengalahkan mereka. Saya tetap memperhatikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang mengejar di belakang mereka di atas bighalnya.”

 

Musnad Ahmad 1680: Telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata; saya mendengar Az Zuhri sekali atau dua kali, namun saya tidak dapat mengingatnya, dari Katsir bin Abbas berkata; Abbas dan Abu Sufyan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkhutbah di hadapan mereka: “Sekarang peperangan sudah semakin sengit!” lalu beliau bersabda (kepada Abbas dan Abu Sufyan): “serulah; ‘Wahai orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al Baqarah.”

 

Musnad Ahmad 1681: Telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid, Abu Abdullah dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdullah bin Al Harits dari Abdul Muththalib bin Rabi’ah berkata; Al Abbas menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; “Kami keluar kemudian kami melihat orang-orang Quraisy sedang berbincang-bincang, tatkala mereka melihat kami mereka terdiam.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan keringatnya keluar antara kedua matanya kemudian bersabda: “Demi Allah, iman tidak akan masuk ke dalam hati seseorang sehingga dia mencintai kalian karena Allah dan karena hubungan kekerabatan kalian denganku.”

 

Musnad Ahmad 1682: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Idris yaitu Asy Syafi’i, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Yazid yaitu Ibnu Al Had, dari Muhammad bin Ibrahim dari ‘Amir bin Sa’d dari Abbas bin Abdul Muththalib bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang bisa merasakan manisnya iman adalah orang yang rela Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai diennya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.”

 

Musnad Ahmad 1683: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’id dari Ibnu Al Had dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits dari ‘Amir bin Sa’d dari Al Abbas bin Abdul Muththalib bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang bisa merasakan manisnya iman adalah orang yang rela Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai diennya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.”

 

Musnad Ahmad 1684: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Bakr bin Mudlar Al Qurasyi dari Ibnu Al Had dari Muhammad bin Ibrahim Al Harits dari ‘Amru bin Sa’d dari Al Abbas bin Abdul Muththalib berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang hamba bersujud maka ada tujuh anggota badan yang ikut bersujud bersamanya. Yaitu: wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, dan kedua kakinya.”

 

Musnad Ahmad 1685: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah memberitakan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Malik bin ‘Uwais bin Al Hadatsan An Nashri bahwa Umar memanggilnya. Lalu Malik menyebutkan hadits. Malik berkata; Tatkala saya sedang duduk di dekat Umar, tiba-tiba datang pembantunya memanggilnya, dan berkata kepada Umar; “Utsman, Abdurrahman, Zubair dan Sa’id meminta izin.” Dia menjawab; “Ya, izinkan mereka.” Maka dia pun mempersilahkan masuk. Kemudian tidak lama setelahnya berkata kepada Umar; “Apakah kamu mengizinkan Ali dan Abbas?” Maka dia menjawab; “Ya. persilahkan mereka masuk.” Setelah mereka masuk, Abbas berkata; “Wahai Amirul Mukminin! Putuskanlah perkara antara aku dan orang ini” kepada Ali radliallahu ‘anhu, keduanya sedang berselisih dalam masalah Shawwaf yang Allah berikan kepada RasulNya yang berupa harta Bani Nadhr. Sekelompok orang berkata; “Wahai Amirul Mukminin, putuskanlah permasalahan diantara keduanya, dan buatlah masing-masing merasa tenang terhadap yang lainnya.” Maka Umar berkata; “Dengan nama Allah, yang dengan izinNya langit dan bumi tegak, bukankah kalian mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami tidak diwarisi. Harta yang kami tinggalkan adalah sebagai sedekah.” Yang beliau maksudkan adalah beliau sendiri?” Mereka menjawab; “Memang beliau pernah mengatakan hal itu.” Kemudian Umar menghampiri Ali dan Abbas, seraya berkata; “Demi Allah, apakah kalian berdua tahu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal itu?” mereka berdua menjawab; “Ya.” Lalu Umar berkata; “Saya akan menceritakan kepada kalian tentang urusan ini. Allah Azza Wa Jalla telah mengkhususkan bagi RasulNya dalam masalah harta rampasan perang ini, yang tidak pernah diberikan kepada yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman: (Dan apa saja harta rampasan (fai`) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) mereka, Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun..) sampai pada kalimat; (Yang Maha Menentukan) Ayat ini khusus bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengambilnya seorang diri tanpa memberikannya kepada orang lain, beliau telah memberikannya kepada kalian dan tidak mengutamakan dirinya sehingga harta itu tersisa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan nafkah kepada keluarganya dalam waktu satu tahun dari harta ini, lalu beliau mengambil yang tersisa dan menjadikannya sebagai harta Allah. Hal itu beliau lakukan selama hidupnya, kemudian beliau meninggal, maka Abu Bakar berkata; “Saya (wali) pengganti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” dia menahan harta itu, dan dia juga memperlakukan harta itu sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperlakukannya.”

 

Musnad Ahmad 1686: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami anak saudara Ibnu Syihab dari pamannya, Muhammad bin Muslim berkata; telah mengabarkan kepadaku Malik bin ‘Uwais Al Hadatsan An Nashri, kemudian dia menyebutkan hadits. Dia berkata; Tatkala saya sedang duduk di dekat Umar, tiba-tiba datang pembantunya memanggil dan berkata kepada Umar; ” Utsman, Abdurrahman, Sa’d dan Zubair meminta izin.” Dia menjawab; “Ya, izinkan mereka.” Kemudian mereka masuk dan mengucapkan salam dan duduk. Tidak lama setelah itu dia berkata kepada Umar; “Apakah kamu mengizinkan Ali dan Abbas?” Maka dia menjawab; “Ya. persilahkan mereka masuk.” mereka berdua masuk dan duduk. Kemudian Abbas berkata; “Wahai Amirul Mukminin! Putuskanlah perkara antara aku dan Ali radliallahu ‘anhu!” Sekelompok orang, yaitu ‘Utsman dan para sahabatnya berkata; “Putuskanlah (permasalahan yang terjadi diantara) keduanya dan buatlah masing-masing tenang terhadap yang lainnya.” Maka Umar berkata; “Dengan nama Allah, yang dengan izinNya langit dan bumi tegak. Apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami tidak diwarisi. Harta yang kami tinggalkan adalah sebagai sedekah.” Yang beliau maksudkan adalah beliau sendiri?” Mereka menjawab; “Memang beliau pernah mengatakan hal itu.” Kemudian Umar menghampiri Ali dan Abbas radliallahu ‘anhuma, seraya berkata; “Demi Allah, apakah kalian berdua tahu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal itu?” mereka berdua menjawab; “Ya, beliau pernah mengatakan hal itu.” Kemudian Umar berkata; “Saya akan menceritakan kepada kalian tentang urusan ini. Allah Azza Wa Jalla telah mengkhususkan bagi RasulNya harta rampasan Perang ini yang tidak pernah diberikan kepada yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman: (Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) mereka, Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun..) Ayat ini khusus bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengambilnya seorang diri tanpa memberikannya kepada orang lain, beliau telah memberikannya kepada kalian dan membagi-bagikannya di tengah-tengah kalian, sehingga harta itu tersisa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan nafkah kepada keluarganya dalam waktu satu tahun dari harta ini, lalu beliau mengambil yang tersisa dan menjadikannya sebagai harta Allah. Hal itu beliau lakukan selama hidupnya. Demi Allah, apakah kalian telah mengetahui hal itu?” Mereka menjawab; “Ya.” Umar bertanya kepada Ali dan Abbas: “Demi Allah, apakah kalian berdua tahu hal itu?” Mereka berdua menjawab; “Ya.” (Umar melanjutkan) kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, maka Abu Bakar berkata; “Saya adalah (wali) pengganti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” dia menahan harta itu, dan dia juga memperlakukan harta itu sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperlakukannya dan kalian pada saat itu -saat itu Umar menghadap ke arah Ali dan Abbas- menyangkan bahwa Abu Bakar orangnya begini dan begitu. Allah Maha Tahu bahwa dia adalah orang yang jujur, baik, cerdas dan mengikuti kebenaran.”

 

Musnad Ahmad 1687: Telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali dari Za`idah dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdullah bin Al Harits dari Al Abbas berkata; saya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; “Wahai Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang bisa aku pergunakan dalam berdoa!” beliau bersabda: “Mintalah kepada Allah ampunan dan keselamatan” Al Abbas berkata; Kemudian aku menemui beliau di kesempata yang lain dan saya katakan; “Wahai Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang bisa aku pergunakan dalam berdoa!” beliau bertanya: “Wahai Abbas, Wahai paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mintalah kepada Allah keselamatan di dunia dan akhirat.”

 

Musnad Ahmad 1688: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id telah menceritakan kepada kami Qais bin Ar Rabi’ telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu As Safar dari Ibnu Syurahbil dari Ibnu Abbas dari Al Abbas berkata; Saya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan saat itu di dekat beliau ada beberapa istrinya. Kemudian mereka mengenakan satir dariku kecuali Maimunah. Beliau bersabda: “Tidak ada seorangpun di rumahku yang menyaksikan pemberian obat (ke mulutku) melainkan dia menyetujui hal itu kecuali Abbas.” Lantas beliau bersabda: “Perintahkan kepada Abu Bakar untuk mengimami orang-orang!” Aisyah berkata kepada Hafshah; “Katakan kepada beliau; sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang lelaki yang jika menggantikan posisi anda, dia akan menangis.” Beliau tetap bersabda: “Perintahkan kepada Abu Bakar untuk mengimami orang-orang!” maka Abu Bakar berdiri dan shalat, Ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati sakitnya agak membaik, maka beliau datang (ke masjid), kemudian Abu Bakar mundur untuk ke belakang, tetapi beliau duduk di sampingnya, lalu melanjutkan bacaan (surat yang dibaca Abu Bakar radliallahu ‘anhu.)

 

Musnad Ahmad 1689: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam telah menceritakan kepada kami Qais telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu As Safar dari Arqam bin Syurahbil dari Ibnu Abbas dari Al Abbas bin Abdul Muththalib, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat sakitnya: “Perintahkan kepada Abu Bakar untuk mengimami orang-orang!” kemudian Abu Bakar keluar dan bertakbir. Ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati sakitnya agak membaik, maka beliau berusaha keluar dengan dipapah oleh dua orang. Tatkala Abu Bakar melihat beliau, dia mundur, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat agar dia tetap berada di tempatnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di samping Abu Bakar, lalu beliau melanjutkan bacaan surat yang dibaca Abu Bakar RAdhi Allahu ‘anhu.

 

Musnad Ahmad 1690: Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid bin Abu Qurrah telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’id dari Abu Qubail dari Abu Maisarah dari Al Abbas berkata; Aku berada bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam, lalu beliau bertanya: “perhatikanlah, apakah kamu melihat adanya bintang di langit?” Maka aku menjawab; “Ya.” beliau bertanya: “Apa yang kamu lihat?” saya menjawab; “Aku melihat gugusan bintang.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya akan memimpin ummat ini dengan jumlah sebanyak bintang-bintang itu yang berasal dari keturunanmu, dua diantaranya berada di dalam fitnah.”

 

Musnad Ahmad 1691: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami bapakku dari Ibnu Ishaq telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Asy’ats dari Isma’il bin Iyas bin ‘Afif Al Kindi dari Bapaknya dari kakeknya berkata; Saya adalah seorang pedagang. Saya datang untuk menjalankan ibadah haji, lalu saya mendatangi Al Abbas bin Abdul Muththalib untuk membeli dagangan darinya, yang dia juga seorang pedagang. Demi Allah, pada saat saya di Mina, ada seorang laki-laki yang keluar dari dalam tenda yang tidak jauh darinya, dia melihat ke arah matahari, ketika matahari telah condong, orang itu berdiri dan shalat. Kemudian keluarlah seorang wanita dari tenda itu juga dan berdiri di belakang orang tadi dan ikut shalat. Lalu seorang anak kecil yang menginjak usia baligh keluar dari tenda tersebut dan ikut shalat bersama kedua orang tadi. Maka saya pun bertanya kepada Al Abbas; “Siapa orang itu Wahai Abbas?” dia menjawab; “Itu adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib anak saudaraku.” Saya bertanya lagi; “Siapakah wanita itu?” dia menjawab; “Itu adalah istrinya Khadijah binti khuwalaid.” Saya bertanya lagi; “Siapa pemuda itu?” dia menjawab; “Itu adalah Ali bin Abu Thalib anak pamannya.” Saya bertanya lagi; “Apa yang mereka lakukan?” dia menjawab; “Dia sedang shalat, dia mengaku bahwa dia adalah seorang Nabi, dan tidak ada yang mengikuti perintahnya kecuali istrinya dan anak pamannya, pemuda tersebut. Dia juga mengaku bahwasanya akan ditaklukkan untuknya perbendaraan-perbendaraan Raja Kisra dan Kaisar.” Kemudian ‘Affif, yaitu anak paman Al Ays’Ats bin Qais berkata; -dan dia masuk Islam setelah itu serta keIslamannya baik- “Seandainya Allah memberiku rizki Islam pada hari itu, maka aku adalah orang yang ketiga bersama Ali bin Abu Thalib RAdhi Allahu ‘anhu.”

 

Musnad Ahmad 1692: Telah menceritakan kepada kami Abu Nua’im dari Sufyan dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal dari Al Muththalib bin Abu Wada’ah berkata; Al Abbas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar sebagian yang dibicarakan orang-orang, maka beliau naik mimbar dan berkata; “Siapakah aku?” Orang-orang menjawab; “Engkau adalah Rasulullah.” Lalu beliau berkata lagi: “Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib. Sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu, dan menjadikanku makhluk terbaikNya. Dia menjadikan makhluk-makhluk-Nya dalam dua kelompok. Dia menjadikanku dalam kelompok yang terbaik. Dia menjadikan mereka dalam berbagai kabilah, dan menjadikanku dalam kabilah yang terbaik. Dia menjadikan mereka dalam berbagai rumah (bait), dan menjadikanku dalam rumah (bait) yang terbaik. Dan aku adalah orang yang terbaik rumahnya, serta terbaik jiwanya.”

 

Musnad Ahmad 1693: Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin ‘Umair dari Abdullah bin Al Harits bin Naufal dari Abbas bin Abdul Muththalib berkata; “Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfa’at kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu.” Beliau menjawab; “Ya. ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena hal itu niscaya berada di dasar neraka.”

 

Musnad Ahmad 1694: Telah menceritakan kepada kami Asbath bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Sa’d dari ‘Ubaidullah bin Abbas bin ‘Abdul Muththalib saudara Abdullah, berkata; Al Abbas memiliki pancuran yang biasa dilewati Umar bin Khaththab. Pada hari Jum’at, Umar memakai pakaiannya, saat itu dua burung milik Al Abbas telah disembelih. Tatkala Umar melewati pancuran itu, darah kedua ekor burung itu disiram dengan air dan mengenai baju Umar, padahal air itu sudah tercampur dengan darah, maka Umar menyuruh agar menutup pancuran tersebut. Umar pulang dan melepas pakaiannya dan menggantinya dengan pakaian lainnya, kemudian dia pergi dan shalat mengimami orang-orang. Al Abbas datang dan berkata; “Demi Allah, di situ adalah tempat di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan pancuran tersebut.” Umar pun berkata kepada Al Abbas; “Saya berniat agar kamu naik di atas punggungku sampai kamu bisa meletakkannya pada tempat dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkannya.” Kemudian Al Abbas melakukannya.

 

Musnad Ahmad 1695: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin ‘Abbad dari Ibnu Juraij dari ‘Atho` dari Ibnu Abbas dari Al Fadhl bin Abbas, bahwa dia membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Muzdalifah, beliau tetap bertalbiyah hingga beliau melempar jumrah.

 

Musnad Ahmad 1696: Perawi berkata; dibacakan di hadapan Sufyan aku mendengar Muhammad bin Abu Harmalah dari Kuraib dari Ibnu Abbas dari Al Fadhl bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertalbiyah hingga melempar Jumrah.”

 

Musnad Ahmad 1697: Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu Juraij telah menceritakan kepadaku ‘Atho` dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memboncengkan Al Fadhl bin Abbas dari Muzdalifah. ‘Atho` berkata; telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas bahwa Al Fadhl mengabarinya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap bertalbiyah sampai melempar jumrah.

 

Musnad Ahmad 1698: Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair telah menceritakan kepadaku Abu Ma’bad berkata; saya mendengar Ibnu Abbas mengabari dari Al Fadhl, berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada Sore Hari di ‘Arafah dan Pagi Hari di Muzdalifah kepada orang-orang ketika kami mulai berangkat: “Hendaklah berjalan dengan tenang!” sambil menarik tali kekang unta beliau. Ketika beliau masuk di Mina, tepatnya ketika menuruni lembah Muhassir, beliau bersabda: “Hendaklah kalian (mempersiapkan) batu kerikil untuk melempar jumrah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dengan tangan beliau sebagaimana orang yang melempar. Rauh dan Al Bursani berkata; “Pada Sore Hari di ‘Arafah dan Pagi Hari di Muzdalifah..” dan “Ketika mereka mulai berangkat.”

 

Musnad Ahmad 1699: Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Hammad yaitu Ibnu Salamah, dari ‘Amru bin Dinar dari Ibnu Abbas dari Al Fadhl bin Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di depan Ka’bah, lalu beliau bertasbih dan bertakbir. Kemudian beliau berdoa kepada Allah ‘azza wajalla dan beristighfar. Beliau tidak ruku’ juga tidak sujud.

 

Musnad Ahmad 1700: Telah menceritakan kepada kami Hujain dan Yunus, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’id dari Abu Zubair dari Abu Ma’bad mantan budak Ibnu Abbas, dari Abdullah bin Abbas dari Al Fadhl bin Abbas, dia berkata; bahwa dia dibonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda pada Sore Hari ‘Arafah dan Pagi Hari Muzdalifah kepada orang-orang ketika kami mulai berangkat: “Hendaklah kalian berjalan dengan tenang!” sambil menarik tali kekang unta beliau, sehingga ketika beliau masuk lembah Muhassir di Mina, beliau bersabda: “Hendaklah kalian (mempersiapkan) batu kerikil untuk melempar jumrah.” Al Fadhl berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetap bertalbiyah sampai beliau melempar jumrah.”

Sumber: http://www.lidwa.com

, ,

  1. Meninjau Kembali Kisah Isra Miraj Rasulullah « Kanzunqalam's Blog

Leave a comment